MEGASEX – Cerita seks ini adalah cerita mesum ku yang berawal dikala saya berprofesi di Semarang, ditengah lingkungan orang-orang Chinese yang kebanyakan perempuan. Begini lah cerita dewasa saya di mulai.. Saya berumur 35 tahun melainkan belum menikah dan telah punya pacar yang jauh tempatnya. Istri bossku itulah yang merenggut keperjakaanku. Suaminya affair dengan seorang perempuan marketing dari Jakarta. Memang saya apabila memandang istri bossku, saya jadi kasihan. Walau telah punya 3 buah hati tetapi kulihat akhir-akhir ini makin tambah seksi khususnya kedua buah dadanya yang membesar. Saya tahu ia turut fitness rutin dan body building di salah satu studio senam. Mungkin untuk mengimbangi WIL suaminya yang memang amat seksi dan suaranya apabila telepon, meminta ampun, merdu sekali.
Makanya bossku hingga klepek-klepek seperti burung tidak berdaya. Bossku orang amat kasar, senantiasa menang sendiri dan tiranis pada istrinya. Tak malu ia memarahi istrinya di depan karyawannya. Namun anehnya saya cukup diandalkan. Itu ditunjukkan dikala bossku menyenangi cerita soal keluarganya, buah hati-si kecilnya juga. Saya yang paling diandalkan boleh masuk di rumah, malahan di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali. Kapan saya punya kamar seperti ini, daerah tidur yang luks dan nikmat sekali. Saya berprofesi di kantor, di komponen ekspor dan komputer. Soal komputer saya paling piawai dan berkat keahlianku inilah yang membuatku berhasil mendekati wanita yang paling cantik dan paling seksi di kantorku.
Terus jelas saya kini punya affair dengan manager keuangan, paling indah ia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Namun saya amat berharap merasakan seks dengan Cik Sasa. Wuah, saya menyenangi membayangkan menggumuli tubuhnya yang seksi. Apalagi apabila saya memandang dari belakang. Paling membuatku tak bendung. Habis, Cik Sasa punya bokong yang wahai amat merangsangku. Apalagi apabila ia menerapkan celana panjang. Wuah.. kejantananku ini tegang meminta ampun hingga maksimum (15 cm dengan diameter 3.5 cm). Saya menyenangi membayangkan mengerjakan senggama dengannya dari belakang dengan menungging. Saya juga berharap merasakan seks dengan adik ipar istri bossku, Cik Nina. Saya terobsesi merasakan tubuhnya yang amat seksi. Adik ipar bossku ini lebih seksi segalanya diperbandingkan Cik Sasa dan Ima (manager keuangan). Sekiranya ke kantor.. wah senantiasa berpakaian seksi dan ketat. Porsi Tubuhnya sungguh luar biasa cantik ditambah buah dada besarnya yang berukuran 36 kali. Wah saya ngiler apabila ia menemuiku dan bicara soal dunia online dan komputer. Bebauan tubuh dan polah tingkahnya amat menantangku. Saya juga berharap merasakan tubuh Cik Nia. Cik Nia karyawan di komponen pemasaran. Saya baru hingga pegang-pegangan tangan saja dengan Cik Nia. Rambutnya sebahu, saya paling menyenangi dengan kedua buah dadanya yang besar juga. Dengan Ima, saya baru hingga pegang paha dan cubit komponen atas buah dadanya dan ia membisu saja atau membalas manja apabila kami naik kendaraan beroda empat. Dengan Cik Sasa, saya baru hingga pada tahap pegangpegang tangan dan pinggang dikala saya membenarkan bajunya yang seksi (meski saya pengen mengatur pinggang dan tubuhnya) tiga pekan lalu. Cik Sasa yaitu peragawati di kantorku. Namun bak duren ambrol, saya bahkan dapat merasakan tubuh istri bossku yang tidak pernah kuduga
Dengan kekasihku kini, saya belum pernah mengerjakan relasi seks. Paling bercinta hingga saya telanjang dan ia tinggal CD-nya saja. Kuharap ini kekasihku yang terakhir. Terus jelas saya berharap menikahinya. Makanya saya bendung seksku padanya hingga pernikahan nanti. Dua bulan lalu, kaprah-kaprah jam 9 malam, saya ditelepon istri bossku untuk menemuinya di hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada dilema dengan suaminya. Hampir jam 10 malam saya baru hingga di lobby hotel. Dari lobby, saya kontak Cik Ling dan memberi anjuran saya melewati lift dari basement dan segera masuk ke kamarnya. Saya turun ke bawah (basement) dan dari sana saya dengan lift naik ke lantai 6. Saya memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Cik Ling sendiri yang menerapkan t-shirt dengan bukaan rendah dan celana pendek. Wah, saya terkesiap memandang bukaan dadanya yang makin montok sehingga membuatku berdaya upaya yang bukan-bukan dengannya. Di kantor, apabila saya menghadapnya (Cik Ling juga direktur keuangan) saya seolah diizinkannya memandang belahan dadanya. Bukannya ditutup (mestinya dapat) dengan blasernya, tetapi blaser diregakkan saja dan dibuka lagi seolah mengizinkan kedua belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan dengan leher panjang. Wah.. saya menelan ludahku sendiri.
Saya dipersilahkannya masuk dan duduk. “Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku. “Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya. “Ada apa sih Cik kok malam-malam seperti ini?” Tanyaku. Cik Ling mengambil dua minuman coke dan mematikan Layar kemudian duduk di layar kaca (ia menariknya ke arah daerah tidur) agak mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke padaku dan saya minum hampir setengahnya. Cik Ling mulai aku dan saya bertanya lagi, “Ada apa Cik?”. Dengan aku tangis Cik Ling menahan WIL suaminya yang di Jakarta. Cik Ling memang telah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling pesan sudah Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih saya ini,” katanya. “Saya istri aku, memberikan padanya tiga buah hati.” Cik Ling menikah amat muda dengan tiga buah hati. Hati yang bungsu telah kelas 1 SD. “Saya juga turut senam dan turut tubuhku tambah seksi,” katanya melanjutkan sambil menangis. “Semenjak suamiku punya WIL, saya diizinkannya merana dua tahun terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis. Saya terpaku mendengar itu aku, tak tahu apa yang tak kukerjakan. Apalagi dikala ia tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang tertunduk. Wah, untung ruangannya kedap dan terkunci. Saya menarik kursiku untuk duduk lebih dekat kutarik kursiku dan duduk lebih dekat dengannya. “Cik,” kataku memecah kesunyian. “Cik Ling dia ya? Pasti ini sabar Puber ke dua,” kataku. Saya memberanikan mengatur pundaknya dan kepalanya. Cik Ling terdiam mendengar perkataanku seolah mengendalikan. Ko Edward kini sudah berusia 45 tahun sementara Cik Ling baru berusia 37 tahun, terpau 8 tahun. Jadi membetuli puber kedua kupikir membaca buku psikologi yang pernah kupelajari. Cik Ling memandangiku setelah dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, ia merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati saya
Saya nggak dapat aku sesuatu yang bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan menahan beberapa meluncur dari mulutku sementara pikiranku nasehatnasehat. Apalagi saya dapat memandang belahan pungungnya (mengamati sebab t-shir rendah). “Kok nggak sebab BH,” batinku. Kuelus-elus kepalanya dan kulihat tangisnya sudah mereda walaupun sebenarnya masih belum. Sebab saya tak bendung dengan bendung di dadaku, saya telusurkan saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka komponen atas. Saya aku itu telah amat sengaja amat dengan takut-takut. Oh my God, Cik Ling membisu saja dikala saya amat. Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan mengangkat kepalanya dengan mengatur kedua pipi dan mengendalikan dari samping. “Cik Ling,” kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil saputanganku dan kulap air matanya. “Bibirnya telinganya sekali,” pikirku. Aku kali pertama saya aku sedekat ini, apalagi ia yaitu direktur keuanganku. Kami berpandangan dan ya ampun, ia memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Saya ingat kekasihku apabila kami jikalau bercinta, ia pejamkan matanya dan bibirnya dibuka sedikit. Kasihan Cik Ling, saya pikir pastilah suaminya telah lama sekali tak menjamahnya, menyetubuhinya. Sebab sebab itu datang, kuraih saja bibir Cik Ling. Kukecup menahan kali sebelum beberapa saya mengulum bibirnya dan Cik Ling membalasnya. Oh God, saya aku duren ambrol malam ini. Pikiranku telah dipenuhi dengan bendung dan berharap merasakan tubuh Cik Ling di Hotel Santika malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan lidahnya, lidahku merasakan-nari.
Kujilat lehernya yang indah dan panjang sambil memegang tangannya dengan tanganku. Ahh, Cik Ling kegirangan menyambut cumbuanku. Aku pasrah. Apalagi dikala tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar saat yang tanpa BH itu. Saya merasakan sementara mulutku merasakan lehernya dan turun lagi menelusuri dada atasnya. Cik Ling mendesah-desah dan mendesis kegirangan. kami lalu berperlukan dan memandu Cik Ling menekan tombol untuk menyalakan musik. Kami berperlukan lama sambil berdiri mengitari mengikuti musik instrument. “Saya milikmu Jo, malam ini.” kata Cik Ling memecah kesunyian. Saya dipanggilnya dengan Jo, seperti yang aku ia lakukan di kantor. Aku berkata dia sambil tangannya melepas celanaku, bajuku dan aku yang segala padaku. Saya telanjang di depannya. Didekapnya saya, aku dan elusnya batang kejantananku yang telah mengejang keras. Jantungku serasa lepas. Lalu kami sudah lagi. Saya membalikkan tubuhnya dan kucumbui Cik Ling dari belakang. Mulutku merasakan lehernya, punggungnya, pipinya, mengendalikan dan dilingkarkannya tangan Cik Ling di kepalaku, kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan turut gumpalan itu makin mengeras. Cik Ling menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan. Ahh, membuat yang pemandangan kulihat. Kulepas t-shirt merahnya dan kaos alangkah kulihat buah dada Cik Ling, masih menawannya dan cukup besar, puntingnya berwarna kencang amat ranum dan membuatku lebih amat untuk memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku. Kubiarkan Cik Ling merasakan sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Cik Ling mengizinkan saya meremasi lembut kedua buah dadanya. Kuamati Cik Ling yang sedang memejam matanya dan ngeliat ke depan. Saya berharap menelanjanginya
Kutarik celana pendeknya ke bawah, tapi Cik Ling sendiri melepaskannya. Saya kini memandang gundukan pink di balik celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan Cik Ling bertambah merasakan dengan desah dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua tanganku sesaat dan beberapa tanganku kumasukkan ke celana dalamnya, kulepaskan dan kini saya benar-benar memandang Cik Ling telanjang di dekapanku. “Aku Cik,” kataku. “Iya saya telah nggak bendung Jo. Saya amat merasakan cumbuanmu hingga kini, dan saya berharap mau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja padaku. “Namun Cik.. saya..” saya berharap katakan bahwa saya belum pernah amat pada wanita. Gelora bendung di dadaku memuncak dan batang kejantananku telah tak tertahankan lagi. Cik Ling kupeluk erat dan mengizinkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup mengendalikan dan Cik Ling amat merasakan sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling berhadapan denganku. Saya mencumbuinya lagi. Aku mulutku menelurusi leher dan dadanya. Saya hampir tak bendung aku geliat tubuhnya. Apalagi dikala saya hingga di dadanya. Ahh, saya amat merasakan kedua buah dadanya.
Kuputar lembut dan turut Cik Ling membusungkan dadanya sehingga saya aku leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin turut birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan turut tubuh Cik Ling makin menggeliat dan beberapa saya tak kuat lagi aku tubuhnya, kubiarkan terjatuh di daerah tidur. Kubiarkan Cik Ling makin ke tengah daerah tidur, saya memandangi tubuhnya yang pemandangan. Cik Ling turut gerakan-gerakan yang membuat letupan membuktikan sehingga membuatku amat amat. Apalagi dikala dibukanya kedua kakinya dengan diangkat pahanya. Aku menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi wanita dan Cik Ling lah yang akan membuatku tak perjaka lagi. Aku tekadku malam ini. Saya berharap memberinya kesan dan sensasi yang mendalam mau diriku. Kudekati tubuh Cik Ling dari samping.
Tangannya menarikku. Kucumbui Cik Ling lagi. Saya mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya merasakan liang senggamanya, turut Cik Ling menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri perutnya beberapa saya hingga di liang senggamanya. “Oh, wangi sekali,” pikirku. Namun belum sempat saya aku lebih lanjut, diraihnya batang kejantananku dan dikulumnya. Saya mendesis kenikmatan. Disedotnya batang kejantananku aku masuk penuh di mulutnya. Ohhh, ini pertama kali saya merasakan kenikmatan kejantananku diisap wanita. Aku nikmatnya hingga saya aku dapat berkata “Ooohh Cik.. ahh..” dan pinggulku tergoyang-goyang mengitari sensasi yang Cik Ling berikan mengikuti batang kejantananku. “Oooh Cik, via nggak kuat, jikalau keluar Cik,” kataku. Namun tidak ada sahutan. Yang ada aku hisapan dan kuluman yang makin turut batang kejantananku mengeras. Saya mencoba aku diri dengan merasakan liang senggamanya dengan mulutku. Dia saya tak bendung dan kumuntahkan bendung hangatku penuh di dalam mulut Cik Ling. Saya terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling amat merasakan dengan apa yang baru saja terjadi. “Thanks ya Cik,” kataku.
Ia cuma tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Cik Ling dan saya sungguhsungguh menyenangi merasakan kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membikin Cik Ling bergelinjang kenikmatan. Seandainya mulutku memaguti dan menggulumi yang kiri, tangan kananku meremas lembut yang kiri, seperti itu sebaliknya. Saya seperti bayi yang merasakan ASI dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang merangsangku. Tanganku lalu merayap ke senggamanya sambil mengulum putingnya dimulutku. Cik Ling makin merasakan permainanku ini. Kuelus liang senggama dan sekitarnya, membikin gerakan kakinya membuka lebar, kian lebar menantiku menyetubuhinya. Kurasakan liang senggamanya yang makin membasah dan hasilnya dikala kedua kakinya masih mengangkang, saya bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang senggamanya dan kunaikkan kaki kirinya, saya menciumi pahanya lembut menukik ke bawah dan hasilnya saya mencumbui liang senggamanya. Rambutku diremas dan kepalaku ditekannya, kudengar desahnya yang semakin keras.
Kedua kakinya terbuka lebar di depanku. Saya sungguh-sungguh merasakan liang senggamanya. Ini kali pertama saya mencumbui liang senggama wanita. Saya mulai menikmati cairan dan membuatku makin terstimulasi dan Cik Ling memintaku supaya saya seketika mengatasinya. Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan batang kejantananku yang telah kembali menegang kutuntun menjelang liang senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan di perihal liang senggama Cik Ling yang membuatnya melenguh kenikmatan sejadi-jadinya. Saya memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan hasilnya tertanam penuh di liang senggama Cik Ling. Kupegangi kedua tangannya, saya membisu sebentar menikmati sensasi kenikmatan di sekeliling batang kejantananku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku merasakan kedua puting susunya bergantian. Saya terus menggoyang lembut di perihal dinding alat kelaminnya. Saya menikmati Cik Ling berkeinginan orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar bunyi teriakan terbendung, tubuh Cik Ling mengejang dan menjepit batang kejantananku kuat-kuat. Lantas itu saya menikmati spermaku berkeinginan keluar lagi. Akibatnya saya merasakan ketika akhir yang sungguh-sungguh menggairahkan. Cik Ling menempuh orgasme, juga saya. Saya menikmati sungguh-sungguh kenikmatan. Saya tak perjaka lagi. “Thanks ya Cik,” kataku. Kukatakan itu dikala saya mencium alat pendengarannya, bibirnya, dahinya dan menyusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan. Tangannya masih agak menggelepar di kanan kiri seperti pelepasan. “Cik, ini kali pertama saya menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan saya meyakinkannya. “keperjakaanku direbut Cik Ling malam ini lah,” kataku sambil mencium pipinya. Saya dipeluknya erat lagi dan saya membalasnya. Malam itu saya tidur di hotel hingga pagi dengan kehangatan tubuh Cik Ling di pelukanku.
Rasanya tubuh Cik Ling menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi saya pulang ke rumah dan masuk kerja seperti umumnya walau saya merasa ngantuk. Tetapi saya minum obat penguat supaya tak ngantuk dan rupanya cukup kuat membendung rasa kantukku. Apalagi juga dengan kedatangan Cik Ling. Senyumnya sungguh beda. Saya menyenangi. Dan lagi-lagi saya sungguh-sungguh beratensi dengan kedua buah dadanya yang pagi itu menonjol lebih memikat buatku. Cik Ling sepertinya berbangga. Saya diteleponnya dari ruangannya dan berkata terima beri dan berbahagia sebab bisa membuatku tak perjaka lagi. “Sinting!” Pikirku. Pengalaman dengan Cik Ling membuatku makin terobsesi merasakan tubuh gadis dan istri orang di kantorku. Saya berkeinginan merasakan tubuh Cik Sasa. Saya berkeinginan menyetubuhi Ima, Nia dan Cik Nina adik ipar Cik Ling. Sinting! Saat saya menulis artikel ini, saya telah makin jauh dengan Nia. Ia istri Mas Budi. Saya berkeinginan menikmatinya
Dan telah kurencanakan di hotel dekat dengan rumahnya. Saya telah belikan ia daster hitam untuk diaplikasikan nanti dan ia menerimanya dengan menyenangi hati. Ada hotel berbintang disana. Sementara dengan Cik Ling, saya masih terus terkait. Yang paling edan merupakan saya menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di ruang multimedia. Ia memanggilku ke sana ketika suaminya ke luar negeri dua pekan lalu. Sebab memang saya pintar komputer dan multimedia. Jadi Cik Ling mengaplikasikan alasan itu. Saya menyetubuhinya berkali-kali dan Cik Ling mengajariku beraneka posisi. Saya menyenangi posisi dogy style, walaupun telah kurencanakan berkeinginan kuterapkan nanti untuk Cik Sasa.. entah kapan, namun menjanjikan.
Saya datang ke Malaysia lima tahun lalu, Berprofesi dengan sebuah keluarga Cina dengan gaji yang dijanjikan lumayan. Awalnya saya khawatir juga berprofesi di rumah bukan Islam, bagaimana makanku, solatku, kena masak babi ke dan banyak yang bermain di kepala. Melainkan karena kesempitan hidup saya tabahkan hati dan berprofesi dengan mereka. Bos perempuan sungguhlah garang, banyak sekali saya makan hati karena semuanya tak kena. Cuma tak memasak, yang lain saya buat. Karena mereka makan di luar dan akan membeli makanan untuk saya. Mula saya cuak juga apa yang dibeli, halal atau haram tapi saya dipastikan makanan Melayu atau makanan mamak. Betul malahan makanan Cina lain rasanya, orang Melayu metode masak lain dan mamak mestilah lain juga. Saya gembira metode demikian ini disebabkan saya tak payah sulit hati memasak ‘ba alif ba ya’ atau ayam pancung… ya, yang tak bersembelih. Tapi meski kerjanya menjaga seorang buah hati kecil dan mengemas rumah, aduh tak gampang ya. Hati berumur tiga tahun asyik menangis dan senantiasa sakit tapi kerana saya juga ada buah hati, biasalah budak kecil yang menangis, meragam dan sakit. Yang seorang berumur lapan, pagi pergi sekolah, sore balik. Sekali pandang memang tak banyak kerja… mengemas rumah tidaklah sulit amat, lagipun cuma dua bilik yang diperbaiki masuk. Bilik buah hati lelakinya dan satu lagi bilik bayi, dan rumah malahan tak besar mana, beres mengemas tidak hingga dua jam
Jadi masa lain melayan bayi. Seandainya bos pergi kerja memang seronok tapi jika bos ada rumah banyaklah ‘complaint’nya metode menyuap budak salah, metode menyapu salah, menyidai pakaian malahan ada caranya. Letihnya bukan apa banyak amat songehnya membikin saya keliru, yang mana betul yang mana salah. Kadang-kadang saya diherdik tapi saya membisu aje. Cukup bulan saya tunggu lagi, tengok duit, saya membisu dan berprofesi lagi karena wang itu mahu dihantar ke kampung untuk buah hatibuah hati makan. Biarlah mak mereka merana di sini asalkan buah hati-buah hati makan dan mencari ilmu. Suami bos jarang di rumah… katanya banyak bisnes di daerah lain. Saya malahan tak berapa kisah dengan hal rumahtangga mereka, ia ada ke tidak ada tiada membawa makna pada ku, lagipun saya tengok ia tipe bagus aje, kapabel malahan bunyi tidak berapa dengar. Saya cuma dengar bunyi bininya sahaja.
Satu hari hendak diciptakan cerita, saya tengah menggosok baju, dan si kecilnya menangis, ia menjerit memerintah saya tengok budak yang menangis. Jeritan itu malahan buat saya tergamam dan dalam masa suram kabut saya telah rosakkan pakaiannya. Ya Allah saya menggigil kerana saya tahu apa habuan saya selepas ini. Melainkan saya seharusnya mengkhabarkan akan kerosakan pakaian itu, pakaian yang mahal agaknya. Saya bukan sahaja dimarah tapi disepak dan waktu itu suaminya balik, mengamati momen di depan mata. Saya tak tahu apa yang disebutkan terhadap suaminya tapi suaminya membisu sahaja. Kemudian saya diberitahu untuk ‘pack’ pakaian. Katanya ia tak mahu tengok muka saya lagi. Ke mana saya mahu pergi, entah saya tak tahu, tak ketahui jiran sebelah menyebelah. Suami memujuk sang isteri barangkali dan keesokan harinya barulah saya mahu dihantar, tapi hantar ke mana. Ke lapangan ke, ke polis ke, ke mana ke saya malahan tak tahu. Disuruhnya campak saya di bas stesyen. Melainkan suaminya bagus, katanya kau membisu-membisu saya tak hantar kau balik tapi kerja dengan ini orang Cina. Ternyata orang Cina yang dikatakannya yaitu daerah sebagian kerja di kafe. “Saya tak mahu masak, saya tak mahu makan babi. Saya katakan terhadap ia.” “Bukan, tinggal di sini dahulu nanti saya uruskan kau berprofesi di pejabat kerja sapu pejabat.” Itu telah lebih ketimbang baik, memang saya menyenangi kerja yang demikian ini. Saya dihantar ke Johor Bahru berprofesi di pejabat, ternyata ia antara bos di situ. Saya dilayan bagus diberikan bilik kecil untuk saya tinggal di situ. “Permit kerja-kerja rumah, tapi kau membisu membisu jangan cerita sama sapa. Itu saya punya bini memang itu perempuan banyak kecoh mulut, berisik itu karena saya tak menyenangi balik rumah.
Ia otak banyak tak betul… itu karena saya simpan perempuan lain.” “Sepatutnya karena bos simpan perempuan ia berang.” “Betullah tapi mana bendung dengan ia berisik berisik, tengok itu hari karena pakaian satu kampung dengar ia punya jerit.” Kami menjadi kawan dan walau berprofesi di pejabat sesungguhnya ia melayan saya dengan bagus. Seandainya ia ada ia belikan saya makanan, kasih saya tipe-tipe hingga orang ingat saya ini ia punya pacar. Satu hari ia belikan saya pakaian, indah amat pakaian itu dan ia mahu saya pergi potong rambut, mekap dan buat kuku, ia hantar saya ke salon. Awalnya saya ragu-ragu juga tapi ia kata, jangan sulit hati ini malam sahaja jadi aku punya girlfriend, karena aku punya girlfriend tak ada ini malam. Ia balik kampung. Ternyata telah rambut dipotong, telah gunakan pakaian indah dan mekap saya sendiri tak sangka saya lihat diri di cermin, saya amat indah. Seandainya telah siap, ia sendiri kaget, “Yanti indah ya,” katanya. “Kawan-kawan seharusnya kaget nanti.” Betul saya dibawa ke sebuah majlis. Parti apa malahan saya tak tahu dan yang menariknya ia tak layan saya tipe pekerja tapi tipe girlfriendnya. Kawan-kawan malahan layan saya bagus dan baru saya rasa saya seorang wanita. Selama ini saya menikmati saya ini tipe tiada skor diri, berlumus dengan keringat, dengan daki, dimarah dimaki dan dihina. Hari ini saya merasa menjadi perempuan yang sejati dilayani sebaiknya, dan saya jadi seronok. Seronoklah jika ada orang melayani demikian ini. Itu cuma pernah saya rasai pada mula saya berkahwin, kemudian suami buat hal dan saya ditampar diterajang. Karena itu saya lari ke sini karena tak bendung dengan seksaan suami. Saya meminta diceraikan dan meninggalkan kampung halaman. Malam itu saya dihantar pulang, dan katanya seandainya-seandainya ia perlukan sahabat ia akan mengajak saya. Senantiasa jugalah saya mendampinginya tapi memang ia tak pernah mengambil peluang dengan saya… saya hormat ia dan ia hormat saya. Episode selanjutnya, bilik kecil tempat ku tinggal diambil alih oleh orang Indon yang kaya raya. Mereka mengaplikasikan perkhidmatan cleaner dan saya tak disenaraikan di dalam pekerjanya.
Saya merayu untuk mendapatkan kerja lalu saya dihantar ke rumah salah seorang bos. Saya menjadi bibik di situ. Tuan Cina saya dahulu malahan sirna tanpa khabar info, saya malahan tak tahu ia ke mana dan kenapa semuanya berubah sekelip mata. Bos perempuan saya ini, mengenal saya orang Indon ia malahan seperti di rumah-rumah orang kaya Indon, mereka memanglah arogan dengan pekerja tapi saya malahan tak kisah asal gaji bisa. Saya mahu kerja paling lama malahan dua tahun lagi, kerana seandainya cukup wang mahu pulang dan buka bisnes kecil-kecilan. Saya piawai menjahit tapi tak ku beritahu mereka karena nanti bertambah-tambah kerja tapi kerja di rumah orang Indon lagilah sulit seluruh kena buat. Memasak, dan semuanya tapi yang paling saya tak mahu buat tapi diperintah juga buat yaitu memandikan anjingnya. Ya Allah saya rasa mahu lari dari situ tapi ideal kerja seluruh telah beres dan saya terpaksa melayan semuanya. Suaminya juga orang Indon, tak arogan tapi ada satu perangai yang buat saya kadang-kadang takut, ia menyenangi tengok saya atas bawa dan bermain mata dengan saya. Saya sesungguhnya takut, kuliner saya boleh ceritakan terhadap isterinya. Lamalama saya amati wajahnya, saya pula teringat ia ini antara kawan-kawan bos lama saya dahulu, Simon. Patutlah tipe saya ketahui ia dan ia juga tipe buat signal yang saya ini pernah dijumpai. Satu hari masa isterinya tiada di rumah ia tanya saya sama ada saya ketahui Mr. Simon. Saya tak mahu mengaku untuk keselamatan tapi ia bukan bodoh. Ia telah ingat saya ini perempuan simpanan Simon, karena Simon bawa saya sebagian kali. Tentu ia ingat saya juga boleh dibawa ke ranjang barangkali. Seandainya isterinya tiada di rumah, ia cuba ambil peluang. Menarik itu senantiasa tapi satu malam, bilamana isteri dan buah hati-si kecilnya pergi bercuti, (saya ingat ia ikut serta ternyata tak) dan seluruh orang lain tiada di rumah, ia berjaya menarik saya ke ranjang. Saya diratah sehabis mahu, berkali-kali ia mahu mengerjakan seks, jika saya melawan telah tentu lagi sakit lantaran saya biarkan sahaja ia meratah tiap-tiap inci tubuhku. “Bapak puas?” Tanyaku sambil menangis.
Jika jadi apa-apa saya beritahu ibu.” “Jangan kau berani,” ugutnya. Selepas kejadian itu saya menjadi sungguh-sungguh takut dan mujurlah saya datang bulan, dan saya selamat ketimbang termengandung buah hati luar nikah. Sungguh saya benci mengamati wajahnya, meski disangka ia kacak, pada saya ia rupa jembalang, berbeza Simon walau pendek, dan sepet tapi hatinya bagus. Saya teringat ia memberikan saya telefon, katanya seandainya mahu hubungi buah hati di Indon gunakan sahaja dan habis kredit saya tambah. Sungguh ia berhati mulia tapi ia di mana? Aku keparat ini pula siapa? Saya juga berkeinginan tahu di mana Simon untuk saya meminta bantu melepaskan saya dari daerah neraka ini. Saya sungguh-sungguh khawatir seandainya rumah sunyi dan isterinya tiada di rumah. Ia ada tukang kebun dan dengan si tukang kebun itulah saya buat bagus agar saya tak keseorangan jika orang lain keluar. Malam saya akan mengunci dan meski diketuk dan bunyi kemarahan memerintah saya buka pintu, tak saya buka, karena saya tak mahu momen itu berlaku lagi. Entah apa kot yang disebutkan terhadap isterinya, sang isteri pula bertambah kurang didik dengan saya. Melainkan ia di hadapan isteri tipe tiada apa, kadang-kadang cuba tanya buah hati dan cerita hal-hal di Indonesia. Saya lantas tak atensi. Satu pagi masa bersarapan ia memberitahu saya Simon ditemui mati. Saya terketar mendengar ceritanya, hendak tahu lebih lanjut saya tak berani karena saya mengaku tak mengenali Simon. “Simon gengster tu?” jawab isterinya. “Ya si gengster.” Gengster kata mereka tapi sedikitpun saya tak percaya. Dan apa terjadi dua pekan selepas itu, si ibu memberitahu yang ia ada tamu meminta saya masak nikmat-nikmat. Di belinya bermacam dan sepagi saya memasak… dan nah dari jauh saya mengamati kereta masuk di wilayah rumah. Itu kereta bini Simon daerah saya berprofesi dahulu. Saya serba salah, karena saya tak mahu ia mengenali saya, lagi sulit hidup saya nanti.
Melainkan apa metode malahan saya tak bisa mengelak. Makanan dihidangkan, saya cuba menyorok tak keluar di meja makan, tapi tak mungkin saya tak dipanggil ibu… dan seandainya ia ternampak saya, tahu apa ia buat? Ia menerkam saya. ”Seandainya bibik orang jahat!” Katanya terhadap ibu. “Ke sini ternyata kau? Awas nanti ia akan ambil you punya husband!” Aku ibu merenung bagaikan hendak makan saya. Oh sorry saya tak mahu makan masakannya, dahulu ia kasih saya punya Simon makan, dan Simon telah edan dengannya. Tanya ia ia ketahui tidak Simon?” Apa ini, saya tipe tak percaya ia menuduh saya dan saya juga cuba fikirkan bagaimana ia tahu saya pernah diajak ke parti oleh Simon dan betulkah Simon telah meninggal, saya tak tahu. Aku jadi hura hara, “Jika aku ibu, aku hantar ia pergi Port Klang dan biar ia cari sendiri jalan pulang, jangan malahan dibeli karcis kapal terbang.” Seandainya saya malahan lebih menyenangi dihantar balik ketimbang tinggal di situ, satu metode saya bisa melepaskan diri ketimbang jerat laki yang menodai saya. “Saya ada gambar Simon dengan ia,” kata lagi si perempuan Cina ini. Lagi saya kaget, “Seandainya perempuan bukankah kau?” Aku gambar saya. Sempat juga saya menjawab, “Jika saya secantik ini saya tak berprofesi rumah orang, bagus saya jadi perempuan simpanan sesiapa.” Dan seluruh terdiam. “Tipu, ia kuat tipu, ia goda saya punya suami!” “Apalah perempuan edan ini kapabel?” kata saya dalam hati. “You tahu saya juga ada bukti, Simon tulis dalam secret FB nya yang saya tahu itulah ia. Ia mahu masuk Islam dan menikahi seseorang dan orang itu jangan sesiapa kaget kerana tulisnya ia itu bekas maid di rumah saya.
Saya menyayanginya dan saya akan beritahu ia satu hari yang saya menikah dengannya.” Saya terkedu mendengar cerita si nyonya… tapi mana Simon? Betulkah ia ditemui mati, seperti yang disebutkan oleh ibu dan bapak dua pekan sebelum ini? Saya jadi keliru… dan doakan bukan ia yang mati. Tembelang mereka pecah, sepandai tupai melompat hasilnya jatuh juga. Semuanya merupakan dirancang dan lakonan semata karena mereka pasti akulah perempuan yang dibawa Simon ke parti sebagian kali. Bapak itulah yang menuntaskan rahsia, ia buat ini seluruh karena takut saya buka cerita ia memperkosa saya. Ia ingat ia boleh senantiasa buat kerja dekil itu tapi tak, saya telah tahu taktiknya dan buat seluruh rancangannya terhalang. Benar mereka mahu saya tertanya-tanya perihal Simon dan itu boleh meresmikan kisah saya dan Simon. Seandainya mereka mengadaadakan cerita dan buat sedih dengan kematian Simon mereka mahu lihat respons saya tapi saya juga piawai berlakon, sekali saya kata saya tak ketahui tak akan ku kapabel sebaliknya. Ibu dan bapak membawa isteri Simon memang untuk memalukan saya, tapi mereka lupa yang saya telah bisa satu domisili, betullah Simon telah jatuh cinta dengan saya. Saya memang malahan dihantar pulang, di Port Klang ditinggalkan saya, untuk saya mencari jalan pulang
Melainkan ingat tidak Simon pernah memberikan saya telefon, dan memang lama ia menghilangkan diri serta tak menghubungi saya. Ternyata ia sengaja mengerjakan itu untuk melupakan saya tapi ia tak bisa melawan perasaannya. Saya hantarkan Whatsapp memberitahu saya telah pulang ke kampung halaman dan memberitahu Simon akan domisili rumah dan nombor lain untuk dihubungi. Andai benar Simon cinta saya ia akan menyusur kemudian lagipun jarak Medan dan Kuala Lumpur tak jauh mana. Simon datang satu hari, mahu mengambil saya sebagai isterinya tapi sebelum itu ia mahu tinggal sebagian dikala di bumi Indonesia untuk belajar perihal Islam